Jakarta – Banyak orang masih sering keliru dalam membedakan anemia dan darah rendah (hipotensi). Meski memiliki beberapa gejala yang mirip, keduanya adalah kondisi kesehatan yang berbeda. Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Andi Setiawan, Sp.PD, menjelaskan perbedaan mendasar antara anemia dan darah rendah agar masyarakat lebih memahami kondisi ini dengan benar.
Perbedaan Anemia dan Darah Rendah
- Anemia Anemia adalah kondisi di mana tubuh mengalami kekurangan sel darah merah atau hemoglobin, yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Penyebab anemia bisa bervariasi, mulai dari kekurangan zat besi, defisiensi vitamin B12 atau asam folat, hingga penyakit kronis.
Gejala utama anemia meliputi:
- Lelah dan lemas
- Kulit pucat
- Sesak napas
- Pusing atau sakit kepala
- Detak jantung cepat atau tidak teratur
Anemia biasanya didiagnosis melalui tes darah untuk mengukur kadar hemoglobin dan hematokrit dalam tubuh. Pengobatan tergantung pada penyebabnya, misalnya dengan mengonsumsi suplemen zat besi atau vitamin B12.
- Darah Rendah (Hipotensi) Hipotensi adalah kondisi di mana tekanan darah seseorang berada di bawah batas normal, yakni kurang dari 90/60 mmHg. Penyebab darah rendah bisa karena dehidrasi, gangguan jantung, infeksi berat, atau efek samping obat tertentu.
Gejala utama hipotensi meliputi:
- Pusing atau kepala terasa ringan
- Pandangan kabur
- Pingsan
- Mual
- Kurangnya konsentrasi
Hipotensi dapat ditangani dengan meningkatkan asupan cairan, konsumsi garam yang cukup, serta menghindari perubahan posisi tubuh secara tiba-tiba.
Kesimpulan Dr. Andi menekankan bahwa anemia berkaitan dengan kadar hemoglobin dalam darah, sedangkan hipotensi berhubungan dengan tekanan darah. Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat sebelum menentukan pengobatan yang sesuai. Jika mengalami gejala yang mengarah ke anemia atau hipotensi, segera periksakan diri ke dokter agar mendapat penanganan yang tepat.